Menengok Pančevo, Kota Kecil yang Ramah dan Penuh Harmoni.

Hello again!

Sebenarnya ini tulisan sudah ditulis dari bulan April tahun 2017 ketika pertama kali saya mengunjungi kota ini. Tapi, belum sempat di post dan terlambat menyelesaikan karena beberapa hal detail seperti nama jalan yang sulit untuk teringat, hehehhe.

Seperti inilah kisah perjalanan ku dimulai~~~

Sebagian besar umat Ortodoks dan Kristiani merayakan hari Paskah di pertengahan bulan april ini, dan saya sebagai umat Muslim yang tidak merayakannya tetap mendapatkan liburan, Yeeeyyy imam raspust!! (riang setiap mahasiswa di Serbia ketika mendapat liburan yang lumayan panjang). Tidak ada kelas kursus bahasa selama 4 hari merupakan anugerah untuk me-refresh otak yang hampir hangus dengan hafalan padez, glagol i tako dalje untuk ujian bahasa level A2 yang baru saya hadapi awal april lalu. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengunjungi satu kota kecil yang terletak di bagian barat ibu kota Serbia (Belgrade), Pančevo.

Menghabiskan satu hari saja sudah cukup untuk mengeksplore hal-hal yang menarik dari Pančevo. Kota kecil ini terletak sangat dekat dengan Belgrade, hanya sekitar 30 menit saja dari Pančevački most (jembatan dimana kita menunggu bus selain di stasiun bus kota) untuk mencapai Pančevo dengan bus yang harga tiketnya adalah return ticket 240RSD (pada tahun 2017), sekarang naik menjadi 300RSD.

Bus yang saya naiki adalah bus antar kota, tidak seperti autobus atau trolleybus yang ada di Belgrade, sehingga kartu busplus tidak dapat digunakan untuk membayar bus ini, dan juga pun tidak terpakai di Pančevo. Sekitar 15 menit menunggu, bus yang menuju ke Pančevo pun datang. Sebagai info, ada beberapa option bus antar kota penghubung Belgrade-Pančevo yaitu: ATP (bus dengan warna putih/merah/kuning/abu-abu) atau Stup Vršac (bus dengan warna putih).

Image result for atp beograd pancevo    Image result for stup vrsac

Bus ATP dan Stup Vršac (Imaged by google)

Tidak perlu duduk lama dalam bus, saya pun tiba di Hotel Tamiš. Hotel ini merupakan salah satu hotel tertua di Pančevo yang terletak di sebelah sungai Tamiš, namun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Dari hotel tersebut, saya ditemani teman saya menuju ke tempat pertama, yaitu sebuah Gereja Ortodoks yang terkenal sebagai gereja tertua dan memiliki perbedaan arsitektur. Tidak seperti gereja ortodoks pada umumnya yang saya lihat di Belgrade, gereja ini memiliki 2 tower dan tidak berkubah. Hal ini dikarenakan Pančevo adalah bagian dari Vojvodina yaitu bagian negara Serbia yang pernah dikuasai oleh Austro-Hungaria.

Ini merupakan salah satu hal yang menarik dari Serbia yaitu dalam satu negara kita dapat menjumpai perbedaan arsitektur antara bangunan-bangunan yang terdapat di daerah yang merupakan bekas daerah kekuasaan Turki-Ottoman (Serbia bagian tengah dan selatan) dengan arsitektur bangunan yang berada di daerah bekas jajahan Austro-Hungaria (Serbia bagian utara). Gereja ini dikenal dengan nama “Svetouspenska” atau “the Church of the Assumption of Mother of God”.

Setelah berkunjung ke gereja Ortodoks, kami melanjutkan perjalanan menuju gereja Katolik yang letaknya tidak terlalu jauh. Disepanjang perjalanan, teman saya menceritakan tentang sejarah umat Kristiani di kotanya, serta beberapa sejarah seperti apa itu paskah, apa yang dilakukan umat kristiani di Pančevo dalam menyambut paskah (karena kebetulan saya hanya mengerti sedikit mengenai tradisi dalam merayakan paskah), dan saya juga baru tahu bahwa ada perbedaan dalam merayakan Paskah di Eropa dengan di Afrika setelah saya berbincang-bincang dengan beberapa teman dari Afrika. Seperti tradisi mewarnai telur, di Afrika tidak pernah melakukan hal tersebut, hanya meyambut paskah dengan pergi ke gereja dan berdoa.

Tak beberapa lama berjalan kaki, kami pun sampai di gereja katolik tertua di Pančevo yang bernama “Sveti Karlo Boromejski, Biskup (Rimokatolički župni ured)“. Gereja ini tidak terlalu besar, karena menurut info dari teman saya, di kota ini penganut katolik tidak terlalu banyak (minoritas), sebagian besar umat katolik yang datang di gereja tersebut adalah orang-orang yang sudah tua, orang-orang Hungari dan Kroasia dari dahulu tinggal di Pančevo.

 

This slideshow requires JavaScript.

 

 

This slideshow requires JavaScript.

Disini saya juga mendapat informasi mengenai beberapa hal yang membedakan gereja Ortodoks dengan gereja Katolik yaitu:

  1. Gereja ortodoks : beribadah dengan berdiri (oleh karena itu tidak terdapat bangku, hanya tersedia beberapa bangku bagi para lansia yang sudah tidak mampu berdiri), namun pada Gereja katolik : Terdapat banyak bangku karena umat katolik beribadah duduk terkadang berdiri.
  2. Gereja ortodoks : tidak terdapat patung, hanya lukisan dan gambar, namun pada Gereja katolik : terdapat patung trinity, serta lukisan dan gambar-gambar
  3. Gereja ortodoks : tidak ada organ tunggal (musik instrument), namun pada Gereja katolik: terdapat organ tunggal
  4. Gereja ortodoks : biasanya bagian atas berbentuk kubah seperti masjid, namun pada Gereja katolik : seperti tower yang terdapat pada katedral pada umumnya
  5. Gereja ortodoks : Pendeta biasanya memiliki jenggot dan masih diizinkan untuk menikah dan punya anak, namun pada Gereja katolik : pendeta tidak memiliki jenggot dan todak diperbolehkan untuk menikah dan memiliki anak

Setelah selesai dengan perjalanan mengamati tradisi umat ortodoks dan katolik dalam merayakan paskah di Pančevo, kami melanjutkan perjalanan ke bagian pusat kota ini. Kami memulai ke bagian trg slobode, yaitu sebuah taman dengan pepohonan hijau yang rimbun. Tersambung dengan jalan yang bernama “Trg Kralja Petra” membuat kota ini terkesan kecil, ramah dan indah.

IMG_8321
Taman kota di melewati Kralja Petra Ulica / Jalan Raja Petar

Berjalan menyusuri jalan yang tidak begitu jauh, mulai terlihat anak anak kecil ditemani orang tuanya bermain di taman kota, ada pula yang berlarian mengejar burung merpati yang sedang asik memakan jagung. Bangku kayu taman berderetan di sekeliling area bermain anak dengan warna warni ayunan, perosotan, jungkat jungkit di penuhi keluarga kecil yang sedang menghabiskan waktu libur mereka dengan tawa si buah hati.

Taman kota yang tidak terlalu kecil namun juga tidak terlalu besar, menyediakan macam macam restoran, kafe serta ice cream yang menggugah selera para pencari hiburan di taman tersebut. Pohon rindang sangat indah mamayungi pengunjung taman yang sedang duduk di bangku kafe dan restauran yang sebagian di letakkan outdoor untuk menikmati sayup sayup angin dan hangatnya terik matahari musim semi.

IMG_8324
Tempat berkumpul muda mudi / kegiatan musik
0EDA8603-640D-48A4-87E7-A9BA2D750DE4
Deretan kafe dan restoran di taman kota

Masih di area taman kota, kita dapat melihat adanya bangunan eropa kuno dengan tulisan romawi “IUSTITIA REGNORUM FUNDAMENTUM. MDCCCXXXIII”, jika di translate ke bahasa Inggris adalah Justice is the foundation of the rule. 1833 yang artinya keadilan adalah dasar dari pemerintahan, 1833. Kalimat tersebut dahulu terkenal sebagai motto Kaisar Franz I dari Austria (terkenal sebagai Francis II pada masa kekaisaran romawi). Dulunya bangunan ini merupakan bangunan balai kota hingga pada tahun 1960-an, dan setelah saat itu bangunan itu menjadi sebuah museum kota hingga saat ini.

3A7EBA4E-1104-459C-A3DA-A5EDD9884279
Balai kota yang sekarang telah menjadi museum

Setelah berjalan keluar dari area taman kota, saya menemukan pemandangan yang menarik. Kereta api tua yang masih berdiri kokoh diatas rel nya!. Kereta api ini sudah tidak berfungsi lagi sekitar tahun 1970/1980an , dan sekarang sudah beralih fungsi menjadi Kafe yang menyuguhkan kopi, beraneka jus dan koktail buah yang segar. Harga yang di suguhkan pun tidak terlalu mahal seperti kopi ekspresso dan americano seharga Rp. 15.000 saja dan berbagai koktail buah dengan harga kisaran Rp. 25.000, murah bukan??

IMG_8338
Kafe Kereta
WhatsApp Image 2019-05-21 at 09.26.33
Stasiun kereta api yang lama dan tidak beroperasi lagi

Di seberang jalan kafe kereta ini, terdapat bangunan kecil yang membawa saya teringat akan belanda yang terkenal dengan kincir anginnya. “Ohhh, kita sudah sampai di Belanda!! hahaha”, canda saya. Ternyata bangunan tersebut merupakan sebuah restoran yang bernama “Vetrenjača” (dapat diartikan restoran kincir angin). Langit biru dan angin sepoi serta rimbunan pohon di sekitar restoran membuat perut lapar berkeinginan untuk diisi.

Menu dari restoran tersebut ternyata bukanlah khas negeri belanda, dan simbol kincir angin dari bangunan tersebut pun tidak ada sangkut pautnya dengan Belanda, karena pemilik restoran ini pun adalah orang Serbia. Namun, yang spesial dari restoran ini adalah hidangan yang menjadi saah satu menu favorit saya selama di Serbia yaitu Riblja čorba (Sup Ikan). Saya sangat merekomendasi jika datang ke Pančevo untuk mencicipi menu tersebut di restoran ini.

IMG_8342
Restoran Vetrenjača

Perjalanan berlanjut pada sebuah bangunan kosong tua yang tidak terpakai lagi dengan cerobong asap yang lumayan tinggi. Menurut cerita, bangunan tersebut telah dibangun pada tahun 1722 sebagai sebuah pabrik untuk membuat bir dan merupakan salah satu pabrik yang memproduksi bir terbaik di kota ini. Sebelum tahun 1990an, produksi bir yang dijalankan pemerintah ini berhenti memproduksi bir dan berganti fungsi menjadi pabrik makanan.

Sayangnya, pada tahun 2005 terjadi kebakaran yang tidak diketahui penyebab dan asal percikan api yang menghabiskan seluruh bagian dalam pabrik tersebut meskipun terlihat dari luar jika tembok tersebut masih berdiri kokoh. Penduduk sekitar berasumsi bahwa api tersebut kemungkinan berasal dari percikan api di bagian bawah (basement) bangunan tersebut yang  digunakan untuk menyimpan kayu oleh salah satu perusahaan kayu disana. Hingga saat ini bangunan tersebut tidak lagi digunakan untuk keperluan produksi dan pemerintah memutuskan untuk menjadikan bangunan tersebut menjadi bangunan sejarah di Pančevo.

IMG_8351
Bekas bangunan pabrik bir yang terbakar

Di penghujung jalan, lagi lagi bangunan tua khas eropa dan tidak berpenghuni masih berdiri kokoh membuat saya bertanya lagi, mengapa pemerintah daerah tidak mengembangkan kota ini dengan merenovasi bangunan-bangunan tua dan menjadikannya sebagai museum/arsip negara setidaknya, agar bangunan tersebut dapat terawat dengan baik.

Bangunan ini adalah pabrik sutra yang dibuka pada abad 20, sekitar tahun 1901. Pabrik ini beroperasi hingga tahun 1967 and berubah menjadi pabrik plastik dan karet dibawah naungan perusahaan GIP (Guma i Plastika) hingga tahun 2000-an. Bangunan tersebut tutup dan tidak berpenghuni ketika saya pertama kali mengunjungi kota ini. Namun, info terbaru yang saya dapat bahwa saat ini bangunan tersebut sudah dibeli dan dibangun untuk dijadikan hotel atau semacamnya dan dikelola oleh private company.

97FBB05F-EB03-4C57-9CD7-BB79B069F9B1
Bangunan bekas pabrik sutra

Setelah menjelajahi kota dan berbagai bangunan di kota ini, saat nya saya menikmati bagian dari kota yang menurut saya merupakan bagian terindah dan selalu membuat rindu untuk datang kembali, yaitu sungai Tamiš. Bentangan rumput hijau dengan guratan kuning dari rekahan bunga dandelion di taman tepi sungai mengharmonisasi keriangan hati pecinta alam. Terparkir kapal kapal boat penduduk serta restoran apung dengan berbagai menu sungai serta sajian musik yang membahana kala malam tiba.

Banyak orang yang berjalan dengan teman, keluarga serta hewan peliharaan mereka di tepi sungai Tamiš ini dengan saling menyapa satu sama lain membuat saya terheran apakah se-begitu kecilnya kota ini sehingga orang satu dengan yang lain saling kenal, atau hanya karena tingkat keramahan mereka lebih tinggi dibandingkan di pusat kota besar seperti Belgrade? Yang pasti hawa positif dapat dirasakan di kota Pančevo ini.

12AEEC57-771C-4ED0-9076-D20EDB0EA351
Sungai Tamiš
5D1AE407-D745-4E77-876A-57959ECAAB06
Rumah apung di sungai Tamiš

 

IMG_8353
Salah satu restoran apung di sungai Tamiš

Pančevo menyuguhkan hiburan lain jika jenuh dari kehidupan bising perkotaan. Bergabung memancing dengan warga lokal di sungai Tamiš adalah salah satu solusinya. Menunggu hasil pancingan dengan bercakap cakap dengan para pemancing lain yang sebagian besar tidak muda lagi dapat membuat obrolan menarik dan mengalir tenang bagai aliran sungai ini. Keramahan mereka menyambut wisatawan yang berkunjung ke kota mereka sangat hangat dan tidak membuat canggung.

IMG_8365
Bersantai dengan memancing di sungai

Perjalanan di kota Pančevo ini menjadi istimewa karena ditutup dengan panen hazelnut di salah satu rumah teman saya yang memiliki perkebunan kacang hazel ini. Sejujurnya, ini pertama kali dalam hidup saya melihat pohon hazelnut dan belajar bagaimana memanen kacang tersebut. Selama ini hanya menjadi penggemar hazelnut dalam coklat atau es krim saja tanpa tahu bentuk dan rupa kacang tersebut. Sungguh perjalanan yang menarik!! 🙂

IMG_4640
Panen Hazelnut
IMG_4643
Kacang hazel siap di buka dan dimakan, yey!

NB: All pictures are taken by me, iPhone 5S.